Sabtu, 23 Februari 2013

KEPEMIMPINAN


1 Definisi Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Dalam praktek sehari-hari, pemimpin dan kepemimpinan sering diartikan sama, padahal kedua pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin,sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang harus di miliki seorang pemimpin.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Untuk itu, kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemapuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga antara pemimpin dan yang dipimpin menurut Rules of the game  yang telah disepakati bersama. Dalam arti luas, kepemimpinan atau leadership adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok. Kepemimpinan dapat berlangsung tanpa harus terikat oleh aturan-aturan yang ada. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tata aturan birokrasi, atau dikaitkan dengan suatu organisasi tertentu, hal tersebut dinamakan manajemen, Miftah Thoha menjelaskan secara gamblang, kepemimpinan dan manajemen yang sering disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya, kepemimpinan mempunyai pengertian lebih luas dibandingkan manajemen.
Manajemen merupakan pemikiran yang khusus dari kepemimpinan didalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian harus dijalankan dalam manajemen, tetapi tidak dalam kepemimpinan. Dari penjelasan diatas, mungkin saja seorang menajer berprilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan ia mampu mempengaruhi perilaku oranglain. Dengan kata lain, seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berprilaku sebagai seorang leader atau pemimpin. Seorang pemimpin bertanggung jawab dalam pengambilan keputusa, pembuatan perogram kerja, pembuatan kontrak, maupun perbuatan aturan-aturan baru.
            Kepemimpinan menurut Hadari (1992: 12), dapat dilihat dari dua konteks, yaitu struktural dan nonstruktural. Dalam konteks struktural, kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian motovasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan  program yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti usaha mengerahkan, membimbing, dan mempengaruhi oranglain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok masing-masing. adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dari kedua konteks kepemimpinan atas, dapat diidentifikasikan unsur-unsur kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1.      Seseorang atau lebih yang berfungsi memimpin, disebut pemimpin leader
2.      Adanya orang lain yang dipimpin
3.      Adanya kegiatan menggerakan oranglain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4.      Adanya tujuan yang hendak dicapai yang dirumuskan secara sistematis; dan
5.      Berlangsung berupa proses di dalam institusi, organisasi, atau kelompok.
Menurut Earl R. Babbie (James Mac Gregor Burn, 1997:214), para sosiolog lebih tertarik meneliti dan menggeluti posisi seseorang sebagai pemimpin dalam sebuah kelompok kecil. Argumentasinya adalah sering terjadi bias pemahaman bahwa muncul penilaian yang keliru tentang pemimpin, yaitu pemimpin yang mampu memimpin dalam skala yang lebih kecil. Pemahaman tersebut lebih dikenal dengan istilah “generalisasi status (status generalization).” Dalam teori ini, generalisasi status mengacu pada situasi tertentu akan memunculkan keunggulan pula dalam situasi lain, walaupun kenyataannya, banyak faktor yang mendorong dan menghambat realisasi teori tersebut.
Untuk menghindari kecenderungan pemahaman seperti diatas, penjelasan tentang terminologi kepemimpinan tidak dapat dihindari lagi. Untuk itu, dalam mendefenisikan kepemimpinan secara definitif dapat digunakan berbagai pendekatan. Walaupun upaya tersebut akan berimbas pada perbedaan pemahaman dari pendekatan-pendekatan yang dilakukan, secara umum, pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan ilmu-ilmu sosial dan pendekatan ilmu manajemen, yang penekanannya pada pendekatan sosiologis. Pendekatan pertama melihat kepemimpinan sebagai suatu proses, sedangkan pendekatan kedua memandangnya sebagai upaya pencapaian tujuan kelompok. Oleh karena itu, dalam mengartikan kepemimpinan, kami akan mengacu pada dua pendekatan tersebut. Untuk melihat istilah kepemimpinan secara sosiologis, Tanembaum dan Massarik (1964:413), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu prosesatau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Danfrod. Setelah mengkaji beberapa teori kepemimipinan, dia berkesimpulan bahwa suatu teori kepemimpinan yang kompherensif mencakup tiga fakta yaitu :
1.      pemimpin yang mempunyai karakter psikologinya
2.      Para pengikut yang mempunyai masalah, sikap, dan kebutuhannya
3.      Situasi kelompok yang didalamnya pimpinan dan pengikut saling berinteraksi.
Dengan demikian, terminologi kepemimpinan tidak selalu diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi (Paul kenneth H Blanchard Hersey, 1969 :111). Pengertian itu diperkuat oleh pendapat  Harold Kontz (1989:96) bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seni, atau proses mempengaruhi seseorang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok, dengan kemauan dan antusias.
Benang merah dari penjelasan diatas adalah, dalam kepemimpinan terdapat transfer motivasi dari pemimpin kepada kelompok yang dipimpinnya. Dengan motivasi ini, kelompok yang dipimpin tidak merasa terpaksa melaksanakan kebijakan-kebijakan pemimpin, namun melakukannya dengan kesadaran hati.
Kesimpulan ini, menurut Pamudji, harus tetap disandingkan dengan pemahaman tentang organisasi. Menurutnya, kepemimpinan itu ada dalam setiap usaha kelompok atau memiliki usaha strategis dalam kegiatan kelompok atau organisasi, karenanya, kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakan dan mengerahkan orang-orang pada tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin (1988: 39). Kesimpulan Pamudji berdasarkan pengertian yang lebih terperinci dari Ralph M. Stogdill (1988: 27), yang menjelaskan bahwa kepemimpinan berarti :
1.      Titik pusat proses kelompok-kelompok
2.      Sesuatu kepribadian yang mempunyaipengaruh
3.      Seni untuk mencapai kesesuaian paham atau kesetujuan dan kesepakatan;
4.      Pelaksanaan pengaruh
5.      Tindakan atau perilaku
6.      Suatu bentuk persesuasi
7.      Hubungan kekuatan atau kekuasaan
8.      Sarana pencapaian tujuan
9.      Suatu hasil dari interaksi; dan
10.  Inisiasi (permulaan) dari stuktur
Kartini Kartono mencoba mengelaborasi kesepuluh pengertian kepemimpinan yang dikemukakan Stogdill di atas. Menurutnya, (1988 :39), dari pengertian-pengertian di atas, ada tiga unsur yang tidak dapat dihilangkan yaitu :
  1. Kepemimpinan, berarti kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan, atau kelompok;
  2. Kepemimpinan, berarti mengarahkan tingkahlaku bawahan atau orang lain; dan
  3. Kepemimpinan, berarti upaya untuk mencapai tujuan pemimpin.
            Dalam perspektif lain, George Terry menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah “aktivitas mempengaruhi orang lain secara sukarela berjuang mencapai tujuan-tujuan kelompok” (Soejono, 1984:9). Pengertian ini mengandung makna bahwa kepemimpinan terdiri atas dua aspek penting, yaitu: (1) adanya usaha dari pemimpin untuk mempengaruhi orang lain; dan (2) tujuan-tujuan kelompok yang akan dicapai. Pengertian tersebut diperkuat oleh Pamudji (1988 :22), yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah “kemauan yang dikehendaki untuk menggerakan dan mengarahkan orang-orang pada tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin”. Berarti, kepemimpinan itu pada tahapan tertentu dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam menggerakan dan sebagai salah satu fungsi manajemen.
            Untuk melihat terminologi kepemimpinan berdasarkan pendekatan manajemen, kita dapat memerhatikan pendapat Stoner (1984 :5-6). Melalui pendekatan manajemen, ia mendefinisikan kepemimpinan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian upaya anggota organisasi, serta proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.” Berdasarkan pengertian tersebut, unsur-unsur kepemimpinan dalam pendekatan manajemen terdiri atas empat unsur utama, yaitu:
1.      Perencanaan
2.      Pengorganisasian
3.      Pemimpin; dan
4.      Pengendalian.
            Hal ini pun sekaligus mengisyaratkan adanya hubungan yang erat antara manajemen dan kepemimpinan. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dalam mengarahkan segenap kecakapan seseorang untuk memengaruhi, membimbing, menggerakkan, serta mengarahkan orang lain dengan cara memanfaatkan daya, dana, sarana, dan tenaga yang tersedia untuk mencapai tujuan tertentu.
            Dari batasan kepemimpinan ini, seorang dikatakan pemimpin apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
            Dalam perusahaan, pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergantung dalam kelompok anggota manajemen (management members). Ketiga tingkatan tersebut adalah:
  1. Manajer puncak ( top manager )
  2. Manajer menengah ( middle manager )
  3. Manajer bawahan ( lower manager/Suvervisor)
Seorang pemimpin mempunyai keterampilan manajemen ( manajement skill ) maupun keterampilan teknis ( technical skill ). Semakin rendah kedudukan seorang teknis pemimpin dalam organisasi, semakin menonjol keterampilan terknisnya daripada keterampilan manajemen karena aktivitas yang dilakukan bersifat operasional. Semakin bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi, semakin menonjol keterampilan manajemennya dan aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas yang bersifat konsepsional.
            Dengan perkataan lain, semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi, semakin membutuhkan kemampuan berpikir secara konsepsional strategis dan makro. Di samping itu, perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan seorang dalam organisasi, ia semakin generalis, sedangkan semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi, ia semakin menjadi spesialis.
            Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal akan melahirkan organisasi informal.
            Kepemimpinan formal sering disebut juga dengan istilah headship. Kepemimpinan formal tidak didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada struktur organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan jaminan bagi seseorang untuk diterima menjadi kepemimpinan yang “sebenarnya” oleh bawahan.
            Adapun efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktik atas kepemimpinan seseorang. Biasanya, kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria, diantaranya adalah:
  1. Kemampuan “memikat” hati orang lain;
  2. Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain;
  3. Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai;
  4. Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional;dan
  5. Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.
       Telah dikemukakan bahwa tidak ada pemimpin tanpa tidak ada pihak yang dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi pengikut. Pemimpin mencapai statusnya karena pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin.
       Seorang pemimpin harus mencapai serta mempertahankan kepercayaan orang lain. Dengan sebuah keputusan, seseorang dapat diberikan kekuasaaan besar, tetapi hal tersebut tidak secara otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, beberapa syarat yang penting adalah:
a.       Pendidikan umum yang luas
b.      Pemimpin generalis yang baik juga
c.       Kemampuan berkembang secara mental
d.      Selalu bersikap ingin tahu
e.       Kemampuan analistis
f.       Memiliki daya ingat yang kuat
g.      Mempunyai kapasitas integratif
h.      Memiliki keterampilan berkomunikasi
i.        Memiliki keterampilan mendidik
j.        Personalitas dan objektivitas
k.      Mempunyai naluri untuk menentukan prioritas
l.        Sederhana
m.    Berani
n.      Tegas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar