1
Definisi Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar
sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang
memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Dalam praktek
sehari-hari, pemimpin dan kepemimpinan sering diartikan sama, padahal kedua
pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya
memimpin,sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang harus di miliki
seorang pemimpin.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The
art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing
obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish
the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan
orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek,
dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi
seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Untuk itu,
kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemapuan secara aktif untuk mempengaruhi
pihak lain dan dalam mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan
yang melembaga antara pemimpin dan yang dipimpin menurut Rules of the game yang telah disepakati bersama. Dalam arti
luas, kepemimpinan atau leadership adalah kegiatan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan
maupun kelompok. Kepemimpinan dapat berlangsung tanpa harus terikat oleh
aturan-aturan yang ada. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tata aturan
birokrasi, atau dikaitkan dengan suatu organisasi tertentu, hal tersebut
dinamakan manajemen, Miftah Thoha menjelaskan secara gamblang,
kepemimpinan dan manajemen yang sering disamakan pengertiannya oleh banyak
orang. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada
hakikatnya, kepemimpinan mempunyai pengertian lebih luas dibandingkan
manajemen.
Manajemen merupakan pemikiran yang khusus dari
kepemimpinan didalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi
manajemen, seperti perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian harus
dijalankan dalam manajemen, tetapi tidak dalam kepemimpinan. Dari penjelasan
diatas, mungkin saja seorang menajer berprilaku sebagai seorang pemimpin,
asalkan ia mampu mempengaruhi perilaku oranglain. Dengan kata lain, seorang
leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa
berprilaku sebagai seorang leader atau pemimpin. Seorang pemimpin bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusa, pembuatan perogram kerja, pembuatan kontrak,
maupun perbuatan aturan-aturan baru.
Kepemimpinan menurut Hadari (1992:
12), dapat dilihat dari dua konteks, yaitu struktural dan nonstruktural. Dalam
konteks struktural, kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian motovasi
agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai
dengan program yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga berarti usaha mengerahkan, membimbing, dan mempengaruhi
oranglain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok
masing-masing. adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan
sebagai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarahkan
semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dari kedua konteks kepemimpinan atas, dapat
diidentifikasikan unsur-unsur kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1. Seseorang
atau lebih yang berfungsi memimpin, disebut pemimpin leader
2. Adanya
orang lain yang dipimpin
3. Adanya
kegiatan menggerakan oranglain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan
mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya
tujuan yang hendak dicapai yang dirumuskan secara sistematis; dan
5. Berlangsung
berupa proses di dalam institusi, organisasi, atau kelompok.
Menurut Earl R. Babbie (James Mac Gregor Burn,
1997:214), para sosiolog lebih tertarik meneliti dan menggeluti posisi
seseorang sebagai pemimpin dalam sebuah kelompok kecil. Argumentasinya adalah
sering terjadi bias pemahaman bahwa muncul penilaian yang keliru tentang pemimpin,
yaitu pemimpin yang mampu memimpin dalam skala yang lebih kecil. Pemahaman
tersebut lebih dikenal dengan istilah “generalisasi status (status
generalization).” Dalam teori ini, generalisasi status mengacu pada situasi
tertentu akan memunculkan keunggulan pula dalam situasi lain, walaupun
kenyataannya, banyak faktor yang mendorong dan menghambat realisasi teori
tersebut.
Untuk menghindari kecenderungan pemahaman seperti
diatas, penjelasan tentang terminologi kepemimpinan tidak dapat dihindari lagi.
Untuk itu, dalam mendefenisikan kepemimpinan secara definitif dapat digunakan
berbagai pendekatan. Walaupun upaya tersebut akan berimbas pada perbedaan
pemahaman dari pendekatan-pendekatan yang dilakukan, secara umum, pendekatan
yang dapat digunakan adalah pendekatan ilmu-ilmu sosial dan pendekatan ilmu
manajemen, yang penekanannya pada pendekatan sosiologis. Pendekatan pertama
melihat kepemimpinan sebagai suatu proses, sedangkan pendekatan kedua
memandangnya sebagai upaya pencapaian tujuan kelompok. Oleh karena itu, dalam
mengartikan kepemimpinan, kami akan mengacu pada dua pendekatan tersebut. Untuk
melihat istilah kepemimpinan secara sosiologis, Tanembaum dan Massarik
(1964:413), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu prosesatau fungsi
sebagai suatu peran yang memerintah. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Danfrod. Setelah mengkaji beberapa teori kepemimipinan,
dia berkesimpulan bahwa suatu teori kepemimpinan yang kompherensif mencakup
tiga fakta yaitu :
1. pemimpin
yang mempunyai karakter psikologinya
2. Para
pengikut yang mempunyai masalah, sikap, dan kebutuhannya
3. Situasi
kelompok yang didalamnya pimpinan dan pengikut saling berinteraksi.
Dengan demikian, terminologi kepemimpinan tidak
selalu diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi (Paul kenneth H
Blanchard Hersey, 1969 :111). Pengertian itu diperkuat oleh pendapat Harold Kontz (1989:96) bahwa kepemimpinan
adalah pengaruh, seni, atau proses mempengaruhi seseorang sehingga mereka akan
berusaha mencapai tujuan kelompok, dengan kemauan dan antusias.
Benang merah dari penjelasan diatas adalah, dalam
kepemimpinan terdapat transfer motivasi dari pemimpin kepada kelompok yang
dipimpinnya. Dengan motivasi ini, kelompok yang dipimpin tidak merasa terpaksa
melaksanakan kebijakan-kebijakan pemimpin, namun melakukannya dengan kesadaran
hati.
Kesimpulan ini, menurut Pamudji, harus tetap
disandingkan dengan pemahaman tentang organisasi. Menurutnya, kepemimpinan itu
ada dalam setiap usaha kelompok atau memiliki usaha strategis dalam kegiatan
kelompok atau organisasi, karenanya, kepemimpinan adalah kemampuan untuk
menggerakan dan mengerahkan orang-orang pada tujuan yang dikehendaki oleh
pemimpin (1988: 39). Kesimpulan Pamudji berdasarkan pengertian yang lebih
terperinci dari Ralph M. Stogdill (1988: 27), yang menjelaskan bahwa
kepemimpinan berarti :
1. Titik
pusat proses kelompok-kelompok
2. Sesuatu
kepribadian yang mempunyaipengaruh
3. Seni
untuk mencapai kesesuaian paham atau kesetujuan dan kesepakatan;
4. Pelaksanaan
pengaruh
5. Tindakan
atau perilaku
6. Suatu
bentuk persesuasi
7. Hubungan
kekuatan atau kekuasaan
8. Sarana
pencapaian tujuan
9. Suatu
hasil dari interaksi; dan
10. Inisiasi
(permulaan) dari stuktur
Kartini Kartono mencoba mengelaborasi kesepuluh
pengertian kepemimpinan yang dikemukakan Stogdill di atas. Menurutnya, (1988
:39), dari pengertian-pengertian di atas, ada tiga unsur yang tidak dapat
dihilangkan yaitu :
- Kepemimpinan,
berarti kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan, atau kelompok;
- Kepemimpinan,
berarti mengarahkan tingkahlaku bawahan atau orang lain; dan
- Kepemimpinan,
berarti upaya untuk mencapai tujuan pemimpin.
Dalam
perspektif lain, George Terry menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah “aktivitas
mempengaruhi orang lain secara sukarela berjuang mencapai tujuan-tujuan
kelompok” (Soejono, 1984:9). Pengertian ini mengandung makna bahwa kepemimpinan
terdiri atas dua aspek penting, yaitu: (1) adanya usaha dari pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain; dan (2) tujuan-tujuan kelompok yang akan dicapai.
Pengertian tersebut diperkuat oleh Pamudji (1988 :22), yang menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah “kemauan yang dikehendaki untuk menggerakan dan mengarahkan
orang-orang pada tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin”. Berarti, kepemimpinan
itu pada tahapan tertentu dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam
menggerakan dan sebagai salah satu fungsi manajemen.
Untuk
melihat terminologi kepemimpinan berdasarkan pendekatan manajemen, kita dapat
memerhatikan pendapat Stoner (1984 :5-6). Melalui pendekatan manajemen, ia
mendefinisikan kepemimpinan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian upaya anggota organisasi, serta proses penggunaan semua sumber
daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
Berdasarkan pengertian tersebut, unsur-unsur kepemimpinan dalam pendekatan
manajemen terdiri atas empat unsur utama, yaitu:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pemimpin;
dan
4. Pengendalian.
Hal ini pun sekaligus mengisyaratkan
adanya hubungan yang erat antara manajemen dan kepemimpinan. Dari berbagai
pengertian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses dalam mengarahkan segenap kecakapan seseorang untuk memengaruhi,
membimbing, menggerakkan, serta mengarahkan orang lain dengan cara memanfaatkan
daya, dana, sarana, dan tenaga yang tersedia untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari
batasan kepemimpinan ini, seorang dikatakan pemimpin apabila dia mempunyai
pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau
tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Dalam perusahaan, pemimpin dibagi
dalam tiga tingkatan yang tergantung dalam kelompok anggota manajemen
(management members). Ketiga tingkatan tersebut adalah:
- Manajer
puncak ( top manager )
- Manajer
menengah ( middle manager )
- Manajer
bawahan ( lower manager/Suvervisor)
Seorang pemimpin mempunyai keterampilan manajemen (
manajement skill ) maupun keterampilan teknis ( technical skill ). Semakin
rendah kedudukan seorang teknis pemimpin dalam organisasi, semakin menonjol
keterampilan terknisnya daripada keterampilan manajemen karena aktivitas yang
dilakukan bersifat operasional. Semakin bertambah tinggi kedudukan seorang
pemimpin dalam organisasi, semakin menonjol keterampilan manajemennya dan
aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas yang bersifat konsepsional.
Dengan
perkataan lain, semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi,
semakin membutuhkan kemampuan berpikir secara konsepsional strategis dan makro.
Di samping itu, perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan seorang dalam
organisasi, ia semakin generalis, sedangkan semakin rendah kedudukan seseorang
dalam organisasi, ia semakin menjadi spesialis.
Dalam
setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal.
Hubungan formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal akan
melahirkan organisasi informal.
Kepemimpinan
formal sering disebut juga dengan istilah headship. Kepemimpinan formal
tidak didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada
struktur organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan
jaminan bagi seseorang untuk diterima menjadi kepemimpinan yang “sebenarnya”
oleh bawahan.
Adapun efektivitas kepemimpinan
informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktik atas
kepemimpinan seseorang. Biasanya, kepemimpinan informal didasarkan pada
beberapa kriteria, diantaranya adalah:
- Kemampuan
“memikat” hati orang lain;
- Kemampuan
dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain;
- Penguasaan
atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai;
- Penguasaan
tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan
operasional;dan
- Pemilihan
atas keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Telah dikemukakan bahwa tidak ada
pemimpin tanpa tidak ada pihak yang dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil
dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi pengikut.
Pemimpin mencapai statusnya karena pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin.
Seorang pemimpin harus mencapai serta
mempertahankan kepercayaan orang lain. Dengan sebuah keputusan, seseorang dapat
diberikan kekuasaaan besar, tetapi hal tersebut tidak secara otomatis
membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Walaupun
belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang
harus dimiliki oleh
seorang pemimpin, beberapa syarat yang penting adalah:
a. Pendidikan
umum yang luas
b. Pemimpin
generalis yang baik juga
c. Kemampuan
berkembang secara mental
d. Selalu
bersikap ingin tahu
e. Kemampuan
analistis
f. Memiliki
daya ingat yang kuat
g. Mempunyai
kapasitas integratif
h. Memiliki
keterampilan berkomunikasi
i.
Memiliki keterampilan
mendidik
j.
Personalitas dan objektivitas
k. Mempunyai
naluri untuk menentukan prioritas
l.
Sederhana
m. Berani
n. Tegas